Selasa, 09 Februari 2010

MOKSA

Menurut kitab-kitab Upanisad, moksa adalah keadaan atma yang bebas dari segala bentuk ikatan dan bebas dari samsara. Yang dimaksud dengan atma adalah roh, jiwa. Sedangkan hal-hal yang termasuk ikatan adalah :

1) pengaruh panca indria,
2) pikiran yang sempit,
3) ke-akuan,
4) ketidak sadaran pada hakekat Brahman-Atman,
5) cinta kasih selain kepada Hyang Widhi,
6) rasa benci,
7) keinginan,
8) kegembiraan,
9) kesedihan,
10) kekhawatiran/ketakutan, dan
11) khayalan.


Moksa dapat dicapai oleh seseorang baik selama ia masih hidup (disebut : Jivam Mukta), maupun setelah meninggal dunia (disebut : Videha Mukta). Jika selama masih hidup seseorang itu mencapai moksa maka ia telah mencapai tingkat moral yang tertinggi, kehidupannya sempurna (krtakrtya), penuh dengan kesenangan (atmarati) karena terbebas dari 11 jenis ikatan yang disebutkan diatas, memandang dirinya ada pada semua mahluk (eka-atma-darsana), memandang dirinya ada pada alam semesta (sarva-atma-bhava-darsana). Kesenangan juga tercapai karena pengetahuan dan kesadaran bahwa brahman-lah atman yang ada didirinya (brahmanbhavana). Jika moksa dicapai setelah meninggal dunia maka terjadilah proses menyatunya atman dengan brahman sehingga atman tidak lahir kembali sebagai mahluk apapun atau bebas dari samsara, disebut juga sebagai kedamaian abadi (sasvatisanti).

Moksa adalah tujuan hidup manusia yang tertinggi yang dapat dicapai oleh setiap manusia bila ia :

1) Mampu membebaskan atman dari ikatan.
2) Mempunyai pengetahuan utama (paravidya) tentang brahman.
3) Melaksanakan disiplin kehidupan yang suci.

Oleh karena itu moksa juga dikatakan sebagai pahala yang tertinggi dari Hyang Widhi atas karma manusia utama, suatu anugerah yang maha mulia.

Ada kutipan Svetasvatara Upanisad I.6 yang sangat indah :

Sarvajive sarvasamsthe brhante asmis, hamso bhramyate brahmacakre, prthag atmanam pretitaram ca justas, tatas tenamrtatwam eti.

Artinya :
Dalam roda Brahman yang maha besar dan maha luas, didalamnya segala sesuatu hidup dan beristirahat, sang Angsa mengepak-epakkan sayapnya dalam melakukan perjalanan sucinya. Sejauh dia berpikir bahwa dirinya berbeda dengan Sang Maha Penggerak maka ia dalam keadaan tidak abadi. Apabila dia diberkahi oleh Hyang Widhi maka ia mencapai kebahagiaan sejati dan abadi.

Makna dari sloka upanisad di atas adalah :
Sekalipun anda telah melaksanakan disiplin kehidupan suci dan membebaskan atman dari ikatan-ikatan, namun bila anda tidak menyadarkan atman bahwa Brahmanlah atman, maka anda belum mencapai moksa

KESIMPULAN : Moksa adalah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati adalah sorga yang sebenarnya. Moksa dapat dicapai dengan upaya yang tekun melaksanakan

YOGA MARGA

Maharsi Patanjali adalah pelopor ajaran Yoga yang merupakan bagian dari filsafat Hindu yaitu Sad Darsana. Buku beliau yang bernama Yogasutra terdiri dari empat bagian yaitu :

  1. Samadhi-pada, tentang sifat, tujuan dan bentuk ajaran yoga yang menjelaskan adanya perubahan-perubahan pikiran dalam melakukan yoga.
  2. Sadhana-pada, tentang tahapan-tahapan pelaksanan yoga, cara mencapai samadhi dan pahala yang akan didapat oleh mereka yang telah mencapai samadhi.
  3. Wibhuti-pada, tentang hal-hal yang bersifat bathiniah, kekuatan bathin yang didapat oleh mereka yang melaksanakan yoga.
  4. Kaiwalya-pada, tentang alam kelepasan dan keadaan jiwa yang telah dapat mengatasi keterikatan pada keduniawian.

Tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan yoga adalah pencapaian moksa melalui kesadaran yang disebut sebagai "wiwekajnana" yaitu pengetahuan tentang apa yang salah dan apa yang benar menurut ajaran Hindu. Sebagaimana telah diuraikan dalam Jnana Marga, maka dapatlah dikatakan bahwa Jnana Marga adalah dasar fundamental bagi Yoga Marga, karena untuk mencapai kesadaran Wiwekajnana para siswa haruslah mempelajari Weda, Upanisad, Smrti, Itihasa dan Purana. Hal ini ditegaskan oleh Maharsi Patanjali bahwa kelepasan dari ikatan duniawi dapat dicapai melalui pengetahuan langsung terhadap perbedan atman/jiwa dengan hal-hal yang bersifat jasmani seperti badan, pikiran dan sifat ke-akuan kemudian mewujudkannya melalui pengendalian fungsi indria, pengendalian pikiran, dan pengendalian "aku"

Yoga dilaksanakan melalui delapan tahapan dikenal dengan nama "Astangga-yoga" yaitu : Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Prtyahara, Dharana, Dhyana, dan Samadhi.

YAMA
Adalah pengendalian diri tahap pertama yang terdiri dari lima perintah :

  1. Ahimsa, artinya tidak menyakiti, tidak membunuh, tidak melakukan kekerasan, tidak melukai mahluk hidup apapun dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
  2. Satya, artinya kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
  3. Asteya, artinya pantangan menginginkan sesuatu yang bukan miliknya sendiri, apalagi mencuri.
  4. Brahmacarya, artinya mengendalikan nafsu sex atau lebih bagus lagi tidak menikmati, memikirkan dan membicarakan sex.
  5. Aparigraha artinya tidak menerima pemberian materi dari orang lain.



NIYAMA
Adalah pengendalian diri tahap kedua yang terdiri dari lima perintah :

  1. Sauca, artinya suci lahir bathin menuju keadaan Sattwasudhi (kesucian pikiran), Saumanasya (hati yang selalu gembira), Ekagrata (pemusatan budhi), Atmadarsana (realisasi diri yang sejati),
  2. Santosa, artinya puas dengan apa adanya yang membawa kepada rasa bahagia,
  3. Tapa, artinya tahan uji terhadap godaan-godaan adharma dan keduniawian,
  4. Swadhyaya, artinya rajin mempelajari ajaran-ajaran Agama serta meresapkan kedalam pikiran,
  5. Iswarapranidhana, artinya bhakti yang mutlak kepada Hyang Widhi.



ASANA
Asana adalah sikap duduk pada waktu melaksanakan yoga. Buku Yogasutra tidak mengharuskan sikap duduk tertentu, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada siswa sikap duduk yang paling disenangi dan relax, asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran dan tidak terganggu karena badan merasakan sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistim saraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran. Sikap duduk yang relax antara lain : silasana (bersila) bagi laki-laki dan bajrasana (metimpuh-bhs. Bali, menduduki tumit) bagi wanita, dengan punggung yang lurus dan tangan berada diatas kedua paha, telapak tangan menghadap keatas.

PRANAYAMA.
Pranayama adalah pengaturan nafas keluar masuk paru-paru melalui lobang hidung dengan tujuan menyebarkan prana (energi) keseluruh tubuh. Pranayama terdiri dari : Puraka yaitu memasukkan nafas, Kumbhaka yaitu menahan nafas, dan Recaka yaitu mengeluarkan nafas. Puraka, kumbhaka dan recaka dilaksanakan pelan-pelan bertahap masing-masing dalam tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada dalam tubuh manusia yaitu : muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung diantara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak diatas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak ditengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak diubun-ubun. Bagi siswa yang ingin memperdalam atau mengkhususkan diri dalam Yoga Kundalini, selanjutnya dapat membaca petunjuk-petunjuk yang diuraikan aadalam buku Sri Swami Sivanandaji Maharaj.

PRATYAHARA.
Pratyahara adalah penguasaan panca indria oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indria melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indria adalah : pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya indria menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan (nafsu), sehingga citta menjadi murni dan bebas dari goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indria. Untuk jelasnya mari kita kutip pernyatan dari Maharsi Patanjali sebagai berikut :

KATA-KATA MUTIARA

Young men's knocks old men feel. - Proverb, (english)

You have to stay in shape. My grandmother, she started walking five miles a day when she was 60. She's 97 today and we don't know where the hell she is. - Ellen Degeneres

Trying is a part of failing. If you are afraid to fail then you're afraid to try. - Mrs. Cunningham

The darkest hour of a man's life is when he sits down to plan how to get money without earning it. - Horace Greeley

A restive morsel needs a spur of wine. - Proverb, (french)

Whatever is worth doing at all, is worth doing well. - Lord Chesterfield

The most thoroughly wasted of all days is that on which one has not laughed. - Nicolas Chamfort

A blow with a reed makes a noise but hurts not. - Proverb, (spanish)

Count your blessings. - Proverb, (german)

In the looking-glass we see our form, in wine the heart. - Proverb, (german)

A hug a day keeps the demons at bay. - Proverb, (german)

A man he seems of cheerful yesterdays, And confident to-morrows. - William Wordsworth, The Excursion

Be this our wall of brass, to be conscious of having done no evil, and to grow pale at no accusation. - Proverb

Too late is tomorrow's life; live for today. - Martial

And now am I, if a man should speak truly, little better than one of the wicked. -King Henry IV. Part I. Act i. Sc. 2. - William Shakespeare

On a fool's beard all learn to shave. - Proverb, (portuguese, Spanish)

Every Communist must grasp the truth: "Political power grows out of the barrel of a gun.". - Mao Tse-tung

We cannot really love anybody with whom we never laugh. - Mary Roberts Rhinehart

The lazy man who goes to borrow a spade says, "I hope I will not find one." - Proverb, (madagasy)

Better one living word than a hundred dead ones. - Proverb, (german)



Tiada jalan lain untuk mengenali Tuhan selain dari mengenal diri sendiri terlebih dahulu. - Sri Sathya Sai Baba

Tahun menjadi baru, hari menjadi suci, yaitu ketika engkau mensucikannya dengan melalui disiplin spiritual dan bukan yang lainnya. - Sri Sathya Sai Baba

Hanya ada satu teman sejati yang senantiasa bersamamu, di dalam dirimu dan di sekitarmu. Dan Dia adalah Tuhan. - Sri Sathya Sai Baba

Semua kehidupan adalah sama adanya, oleh sebab itu, wahai Anak-Ku, perlakukanlah setiap orang secara sama rata. - Sri Sathya Sai Baba

Di dunia ini tidak ada obat yang bisa menyembuhkan rasa sakit yang ditimbulkan oleh ucapan-ucapan yang kasar. - Sri Sathya Sai Baba

Uang datang dan pergi; tetapi apabila engkau memupuk moralitas, maka nilai-nilai tersebut akan tetap tertanam di dalam dirimu. - Sri Sathya Sai Baba

Apabila engkau menerima umpatan/kata-kata yang kasar dari orang lain, maka janganlah engkau berperilaku yang sama terhadap orang tersebut; melainkan berbicaralah secara lembut dan penuh cinta-kasih. - Sri Sathya Sai Baba

Engkau tidak perlu mencari-cari ketenaran maupun penghormatan dari orang lain; yang jauh lebih penting adalah lakukanlah upaya untuk memenangkan rahmat dari Tuhan. - Sri Sathya Sai Baba

Engkau mungkin saja merasa jenuh bila terus-menerus meminum nectar; tetapi tidaklah demikian halnya bila menyangkut cinta-kasih. - Sri Sathya Sai Baba

Tuhan akan senantiasa mengamati aktivitas-aktivitas manusia bahkan yang terkecil sekalipun untuk menemukan ada/tidaknya jejak-jejak cinta-kasih. - Sri Sathya Sai Baba

Sekali engkau merasakan kebahagiaan Ilahi, maka batinmu tidak akan pernah lagi mencari-cari kenikmatan duniawi. - Sri Sathya Sai Baba

Sekali engkau menyadari bahwa dirimu adalah satu bersama-sama dengan Tuhan, maka engkau tidak akan pernah terpisah lagi (dari-Nya). - Sri Sathya Sai Baba

Do good, see good, be good - inilah jalan untuk menuju kepada Tuhan. - Sri Sathya Sai Baba

Engkau tidak akan pernah gagal dalam kehidupanmu ini jikalau saja engkau mempunyai cinta-kasih terhadap Tuhan. - Sri Sathya Sai Baba

Badan fisik ini akan tampil menawan jikalau karakter kita bagus; pelayanan kepada sesama serta ibadah kepada Tuhan akan memelihara pesonanya. - Sri Sathya Sai Baba

Engkau akan dapat memurnikan tutur-katamu dengan mengucapkan kebenaran, mengikuti ajaran Dharma serta memupuk cinta-kasih dan kedamaian. - Sri Sathya Sai Baba

Apabila engkau memahami bahwa Aham (I/aku), mind dan ucapanmu adalah merupakan bagian dari Divine family dan engkau juga bertindak sebagamana mestinya, maka dengan demikian, kehidupanmu akan disucikan. - Sri Sathya Sai Baba

Batin yang tenteram akan menghasilkan badan yang sehat; sebaliknya badan yang sehat juga akan menghasilkan batin yang damai. - Sri Sathya Sai Baba

Oleh karena manusia telah melupakan hubungannya dengan Tuhan, maka itulah sebabnya mengapa ia dihantui oleh ketakutan dan terjerat dalam kegelisahan berkepanjangan. - Sri Sathya Sai Baba

Cinta-kasih senantiasa memberi dan memaafkan. Sedangkan diri (ego) senantiasa menerima dan melupakan (jasa baik orang lain). - Sri Sathya Sai Baba

Kebenaran Reingkarnasi

Kalau kita tidak mendalami konsep Atman dan hukum karma (karma pala), maka reinkarnasi sebagai suatu kepercayaan adanya kelahiran yang berulang-ulang dalam agama Hindu agak meragukan, sebab kenyataan yang kita lihat adalah manusia lahir hanya sekali dalam hidupnya. Setelah kita mendalami konsep Atman dan hukum karma(karma pala ) baru kita jelas bahwa reinkarnasi merupakan kelahiran yang berulang-ulang dengan melalui Triloka yaitu Bhur, Bvah, Svah. Reinkarnasi dapat dibuktikan dalam kehidupan umat Hindu dalam melakukan upacara maupun kehidupan sebagai berikut.

1. Umat Hindu di samping percaya adanya Panca Srada sebagai Tatwa atau filsafat agama Hindu juga melakukan ritual yaitu upacara keagamaan. Dalam upacara pemujaan umat Hindu percaya adanya Panca Yadnya yang terdiri dari Dewa Yadnya yaitu pemujaan kepada Hyang Whidi Wasa, Pitra Yadnya pemujaan kepada leluhur, Resi Yadnya pemujaan kepada para resi atau pandita, Buta Yadnya pemujaan kepada sekalian makhluk hidup, dan terakhir Manusa Yadnya pemujaan terhadap keselamatan umat manusia. Dengan kita percaya adanya Pitra Yadnya yaitu memberikan korban suci terhadap leluhur kita, artinya kita percaya leluhur kita itu masih hidup di dunia yang halus (lain loka) dan nanti akan lahir kembali dengan badan lain.

2. Umat Hindu dalam melaksanakan ajaran-ajarannya juga melakukan dana punia seperti orang menabung, karena kita percaya bahwa perbuatan ini akan membawa kebahagiaan setelah meninggal. Kalau manusia sudah meninggal bukan berarti Atman sudah tiada, ini berarti ada kehidupan lain setelah meninggal yaitu kehidupan di lain loka. Setelah hidup di lain loka, tabungan tadi yang disimpan selama hidup di dunia dapat dinikmati yaitu karma-karma yang baik.
3. Dalam mengarungi kehidupan ini umat Hindu berusaha menjalankan kehidupan dengan menegakkan dharma, sebab dengan hidup selalu berlandaskan dharma akan mengurangi dosa-dosa yang pernah dibuat sebelum kehidupan saat ini. Dengan selalu berbuat baik kepada sesamanya, dengan harapan dalam kehidupan di loka yang lain akan lebih baik.

4. Manusia pada umumnya selalu takut datangnya kematian, manusia dengan segala cara selalu menjaga kesehatannya dengan harapan proses kematian jangan terlalu cepat sehingga dapat lama menikmati kehidupan ini. Rasa takut manusia menghadapi kematian adalah suatu pertanda bahwa sudah banyak penderitaan yang lain pada saat matinya dalam kehidupan yang sudah sudah.

5. Bayi yang baru lahir biasanya setelah beberapa hari tanpa diajari sudah dapat menetek susu ibunya, kesediaan si bayi yang sejak baru lahir untuk menetek susu ibunya menandakan suatu pengalaman yang pernah dialami pada kehidupannya yang sudah sudah.

6. Kenyataannya bahwa lahir sebagai manusia berbagai kegemaran yang disebut hobi dan sampai saat ini tidak dapat diteliti sebab-sebab dari kegemaran tersebut dalam kelahiran sekarang ini, maka ini menunjukkan adanya pengalaman-pengalaman di dalam kehidupannya yang sudah-sudah yang tidak dapat diingatkan lagi sebagai sumbernya.

7. Bayi yang baru lahir menangis , ini menandakan bahwa bayi tersebut sudah tahu bahwa hidup sebagai manusia banyak penderitaannya akibat dari dosa-dosanya, maka ini menunjukan adanya pengalaman di dalam kehidupannya terdahulu sebelum lahir sebagai manusia.

Pada kali yuga ini orang berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta dengan menggunakan segala cara, yang kadang tidak disadari oleh mereka bahwa sudah jauh menyimpang dari rel etika kehidupan ini. Norma-norma, kaidah agama terlupakan, mereka sudah larut dengan kenikmatan yang sifatnya sementara tanpa memikirkan akibat yang akan ditimbulkan pada kehidupan berikutnya Bagaimana mengantisipasi situasi yang tidak menentu akhir-akhir ini, di mana umat Hindu dihadapkan dengan beberapa masalah yang cukup rumit? Mungkin yang terbaik dilakukan oleh umat Hindu sesuai dengan ajaran Weda adalah dengan melakukan Mona Brata yaitu salah satu Brata yang terdapat dalam Dasa Niyama Brata. Mona yaitu suatu sifat pengendalian kata-kata, dan tidak berkata-kata pada waktu tertentu, perkataan harus dikendalikan sebab perkataan sangat besar artinya dalam kehidupan, bahagia(suka) atau sengsara (duka) kehidupan tergantung oleh perkataan seperti yang dinyatakan dalam Nitisastra sebagai berikut:

Nitisastra

Wasita nimittanta manemu laksmi,
Wasita nimittanta pati kapangguh,
Wasita nimittanta manemu dukha,
Wasita nimittanta manemu mitra.

Artinya :
oleh perkataan engkau akan mendapat bahagia,
oleh perkataan engkau akan menemui ajal,
oleh perkataan engkau akan mendapatkan susah,
oleh perkataan engkau akan mendapat sahabat.


Penutup

Mona Brata adalah penentuan sikap tidak berbicara beberapa waktu. Tepekur tanpa berbicara, Bayu, Sabda dan Idep dihubungkan ke hadapan Yang Widhi Wasa, kita dengan tekun dan konsentrasi melakukan pendekatan ke hadapan Yang Maha Kuasa agar selalu diberikan perlindungan dan keselamatan. Semua kejadian-kejadian yang kita alami saat ini adalah akibat suatu proses yang akumulatif. Suatu peristiwa tidak akan terjadi apabila tidak ada yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut. Kesulitan yang kita hadapi saat ini adalah hasil dari karma kita di masa yang lalu atau karma kita sekarang yang kita petik saat ini juga.


sumber

http://www.hindubatam.com/kebenaran-samsara.html

Proses Reinkarnasi

Proses reinkarnasi digambarkan sebagai putaran roda yang berputar dari atas ke bawah, kemudian naik ke atas dengan tidak pernah berhenti. Perputaran roda reinkarnasi ini dipengaruhi oleh hokum karma yang dibawa oleh Atman yang disinari dengan Brahman melalui Triloka (tiga tempat), yaitu Bhur, Buvah dan Svah. Maka dalam Gayatri Mantram, Tri loka sangat penting diketahui sebagai tempat terjadinya proses reinkarnasi

Gayatri Mantram
OM, OM
OM BHUR BHUWAH SWAH,
TAT SAWITUR WARENYAM,
BHARGO DEWASYA DHIMAHI,
DHIYO YO NAH PRACHODAYAT,
Ya Hyang Widhi yang menguasai ketiga dunia ini,
Yang maha suci dan sumber segala kehidupan,
sumber segala cahaya,
semoga limpahkan pada budi nurani kami penerangan sinar cahayaMu yang maha suci.

Gayatri Mantram mempunyai kesucian yang luar biasa bagi yang mengucapkan sebagai wujud kebesaran Brahman yang selalu kita puja sehingga kita dapat sinarnya dengan melalui meditasi. Bhur artinya Bhurloka alam fisik, bahwa tubuh kita terbuat dari lima unsur yang disebut Panca Maha Buta yaitu

  • tanah (pertiwi)
  • air(apah)
  • api(teja)
  • angin(bayu) dan
  • ether(akasa)

dan kelima unsur ini membentuk Prakriti (alam).

Bhuvah artinya bhuvahloka alam pertengahan, bhuvah juga merupakan Prama Sakti. Meski pun demikian Prama Sakti hanya dapat menghidupkan tubuh karena adanya Prajnanam. Kitab suci Weda mengatakan Prajnanam Brahman artinya Tuhan adalah kesadaran yang selalu utuh dan menyeluruh selamanya.

Svah artinya swargaloka surga tempat para dewa. Proses reinkarnasi mulai dari Svahloka, di mana Atman mendapat sinar dari Brahman dan Atman yang dibungkus dengan Triguna maka lahir dan menjelma di

Bhuvahloka yaitu sebagai manusia di mana pembentukannya terdiri dari 5 unsur yaitu Panca Maha Buta. Setelah manusia meninggal maka Atman lahir di Bhuvahloka. Demikian reinkarnasi tidak pernah berhenti, lahir terus menerus mengikuti suatu garis yang melintang dalam Tri Bhuwana

REINGKARNASI

Reikarnasi/Punarbhawa/Samsara berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda disebutkan bahwa “Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian diikuti oleh kelahiran”. Dalam suatu sloka disebutkan:

Sribhagavan uvacha :
bahuni me vyatitani
janmani tava cha ‘rjuna
tani aham veda sarvani
na tvam vettha paramtapa. (Bh. G. IV.5)

Sri bhagawan (Tuhan) bersabda :
banyak kelahiran-Ku di masa lalu
demikian pula kelahiranmu arjuna semuanya ini Aku tahu
tetapi engkau sendiri tidak
Parantapa.

Reinkarnasi memiliki hubungan yang erat dengan Karma yang mana keduanya merupakan suatu proses yang terjalin erat satu sama lain. Reinkarnasi dapat dikatakan sebagai kesimpulan atas semua karma yang telah didapat dalam suatu masa kehidupan. Baik buruknya karma yang dimiliki seseorang akan menentukan tingkat kehidupannya pada reinkarnasi berikutnya.

Dengan keyakinan terhadap reinkarnasi ini dan hubungannya dengan karma, maka umat harus sadar bahwa kehidupan sekarang ini merupakan kesempatan yang baik untuk memperbaiki diri demi kehidupan yang lebih baik pada masa datang.

Pokok-pokok Keimanan Agama Hindu

Pokok-pokok keimanan dalam agama Hindu dibagi menjadi lima bagian yang disebut dengan Panca Sradha, yaitu percaya adanya Tuhan (Hyang Widhi), percaya adanya Atman, percaya adanya Hukum Karma Phala, percaya adanya Punarbhawa (Reinkarnasi/ Samsara) dan percaya adanya Moksa.

A. Percaya Adanya Tuhan ( Brahman/ Hyang Widhi) Tuhan Yang Maha Esa,

Yang Maha Kuasa, yang tak terjangkau oleh pikiran, yang gaib dipanggil dengan berbagai nama sesuai dengan jangkauan pikiran, namun Ia hanya satu, Tunggal adanya.

“Ekam eva adwityam Brahma”
Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua.

“Eko Narayanad na dityo ‘sti kascit”
Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya

“Bhineka Tunggal Ika, tan hana Dharma mangrwa”
Berbeda-beda tetapi satu tidak ada Dharma yang dua.

Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Tuhan yang tunggal (Esa) itu dipanggilnya dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Shiwa sebagai pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain. Ia Maha Tahu, berada di mana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat kita sembunyikan dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-Nya dengan bermacam-macam cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang menyerahkan diri, mohon perlindungan dan petunjuk-Nya agar dia menemukan jalan terang dalam mengarungi hidup ini

B. Percaya Adanya Atman.

Atman adalah percikan kecil dari Paramatman (Hyang Widhi/ Brahman). Atman di dalam badan manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu hidup. Atman dengan badan adalah laksana kusir dengan kereta. Kusir adalah Atman yang mengemudikan dan kereta adalah badan. Demikian Atman itu menghidupi sarwa prani (makhluk) di alam semesta ini “Angusthamatrah Purusa ntaratman Sada Jananam hrdaya samnivish thah Hrada mnisi manasbhiklrto Yaetad, viduramrtaste bhavanti. Ia adalah jiwa yang paling sempurna (Purusa), Ia adalah yang paling kecil, yang menguasai pengetahuan, yang bersembunyi dalam hati dan pikiran, mereka yang mengetahuinya menjadi abadi.

C. Percaya adanya Hukum Karma Phala

Di dalam Weda disebutkan “Karma phala ngaran ika palaning gawe hala ayu” artinya karma phala adalah akibat phala dari baik buruk suatu perbuatan atau karma. Karma phala dapat digolongkan menjadi tiga macam sesuai dengan saat dan kesempatan dalam menerima hasilnya, yaitu :

  1. Sancita Karma Phala : hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang.
  2. Prarabda Karma Phala: hasil perbuatan kita pada kehidupan saat ini tanpa ada sisanya lagi.
  3. Kriyamana Karma Phala: hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.

D. Percaya adanya Punarbhawa/ Reinkarnasi/ Samsara

Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda disebutkan bahwa “Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian diikuti oleh kelahiran”.

Sribhagavan uvacha :
bahuni me vyatitani
janmani tava cha ‘rjuna
tani aham veda sarvani
na tvam vettha paramtapa.

Sri bhagawan (Tuhan) bersabda, banyak kelahiran-Ku di masa lalu, demikian pula kelahiranmu arjuna semuanya ini Aku tahu, tetapi engkau sendiri tidak, Parantapa.

E. Percaya Adanya Moksa

Sebagaimana tujuan agama Hindu yang tersurat di dalam Weda, yakni “Moksartham jagadhitaya ca iti dharma”, maka moksa merupakan tujuan yang tertinggi. Moksa adalah kebebasan dari keterikatan benda-benda yang bersifat duniawi dan terlepasnya Atman dari pengaruh maya serta bersatu kembali dengan sumber-Nya, yaitu Brahman (Hyang Widhi) dan mencapai kebenaran tertinggi, mengalami kesadarn dan kebahagiaan yang kekal abadi yang disebut Sat Cit Ananda. Diambil dari buku Tuntunan Dasar Agama Hindu.